Order Fiktif dan Ghost Buyer: Ancaman Nyata dan Cara Menghindarinya
12 September 2025
Bagikan Artikel Ini

Di tengah maraknya transaksi online, pelaku UMKM semakin rentan berhadapan dengan order fiktif. Aksi ini adalah salah satu modus penipuan yang cukup meresahkan karena pelakunya sering kali tampak sangat meyakinkan sehingga penjual pun terkecoh.
Selain membuatmu rugi waktu, order fiktif juga berdampak langsung pada stok dan arus kas bisnis. Lantas, bagaimana cara menghindari praktik ini agar usahamu tetap aman? Simak informasi lengkapnya di artikel ini!
Order Fiktif adalah
Order fiktif adalah pesanan palsu yang sengaja dibuat tanpa niat untuk benar-benar membeli. Modus ini marak terjadi dalam bisnis online dan layanan pesan-antar, di mana pelaku seolah-olah memesan produk atau jasa padahal tujuannya hanya untuk mempermainkan, menipu, atau merugikan pihak penjual.
Dalam banyak kasus, pelaku tidak pernah melakukan pembayaran, tetapi membuat penjual percaya bahwa transaksi sudah atau akan dilakukan. Hal ini bisa mengakibatkan kerugian dalam bentuk barang, waktu, tenaga, bahkan keuangan usaha.
Mengutip Narasi TV, praktik order fiktif tergolong pelanggaran hukum dan dapat dikenakan sanksi berdasarkan Pasal 35 Undang-Undang ITE, yang menyatakan bahwa:
"Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik."
Ciri-ciri Order Fiktif
Modus penipuan dalam bentuk order fiktif bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Namun, ada pola-pola yang sering berulang dan bisa dikenali lebih dini jika kamu waspada. Berikut di antaranya:
1. Mencantumkan Alamat Pengiriman yang Tidak Jelas atau Mencurigakan
Pelaku kerap mencantumkan alamat yang tidak lengkap, sulit dilacak, atau bahkan fiktif. Ini menyulitkan proses pengantaran dan pelacakan jika terjadi masalah.
2. Menggunakan Identitas yang Sulit Diverifikasi
Nama, nomor telepon, atau akun yang digunakan biasanya palsu atau milik orang lain. Bahkan ketika dihubungi, responnya tidak konsisten atau cenderung menghindar.
3. Melakukan Pesanan dalam Jumlah Besar dan Mendesak Dikirim Segera
Modus umum lainnya adalah memesan dalam jumlah tidak wajar dan memaksa agar pengiriman dilakukan secepatnya karena berbagai alasan. Ini adalah trik pelaku untuk membuat penjual tergesa-gesa dan tidak sempat melakukan verifikasi.
4. Meminta Pembayaran di Tempat (COD)
Pelaku sering kali beralasan akan melakukan pembayaran secara tunai saat barang diterima. Namun, ketika kurir sampai, pemesan mendadak tidak bisa dihubungi, menolak menerima barang, atau bahkan mengaku tidak memesan barang tersebut.
5. Mengirim Bukti Transfer Palsu
Penipu bisa saja mengirimkan tangkapan layar transfer sebagai bukti pembayaran. Namun jika dicek lebih lanjut, bukti tersebut sebenarnya tidak valid atau memang sengaja dimanipulasi.
6. Mendadak Hilang Setelah Pesanan Dikirim
Setelah barang dikirim, pemesan tidak bisa dihubungi lagi. Misalnya dengan memblokir nomor diblokir, menghapus akun, atau tidak memberikan respons sama sekali.
7. Memakai Akun Baru atau Tidak Punya Riwayat Transaksi
Sering kali, akun yang digunakan adalah akun baru yang belum pernah melakukan pemesanan sebelumnya. Meski tidak selalu, tapi ini bisa menjadi tanda awal untuk waspada.
Cara yang Bisa Dilakukan Pelaku Usaha untuk Menghindari Order Fiktif
Menghadapi order fiktif memang bisa membuat pelaku UMKM frustrasi. Namun, bukan berarti kamu tidak bisa mencegahnya. Dengan langkah-langkah yang tepat, risiko kerugian bisa ditekan seminimal mungkin. Berikut ini beberapa cara yang bisa kamu terapkan:
1. Periksa Alamat dan Lokasi Pengiriman dengan Teliti
Banyak pelaku order fiktif menggunakan alamat palsu atau tidak lengkap yang membuat pengiriman menjadi mustahil. Karena itu, pastikan kamu meminta pelanggan mencantumkan alamat lengkap dan jelas, lengkap dengan blok, nomor rumah, atau minimal patokan lokasi. Kamu juga bisa menggunakan aplikasi navigasi seperti Google Maps untuk mengecek kebenaran alamat tersebut.
2. Verifikasi Bukti Pembayaran Sebelum Kirim Barang
Jangan langsung percaya hanya karena pelanggan mengaku sudah transfer. Pelaku penipuan sering kali mengirimkan bukti transfer palsu dalam bentuk screenshot.
Pastikan kamu mengecek mutasi rekening secara langsung atau pantau notifikasi dari sistem payment gateway. Kirim barang hanya setelah pembayaran benar-benar diterima.
3. Hubungi Customer Sebelum Pengiriman
Selalu lakukan konfirmasi ulang lewat chat atau telepon sebelum barang dikirim. Tanyakan hal-hal spesifik seperti lokasi atau siapa yang akan menerima paket. Jika pembeli sulit dihubungi atau jawabannya mencurigakan, sebaiknya tunda pengiriman sampai mendapatkan kejelasan.
4. Batasi Jumlah Pesanan untuk Pelanggan Baru
Menerapkan limit pesanan atau nilai transaksi dapat menjadi pengaman awal. Contohnya, batasi maksimal 5 item atau pembelian Rp1 juta untuk pelanggan baru. Jika ada yang memesan dalam jumlah besar, minta uang muka untuk menyaring order yang mencurigakan lebih awal.
5. Minta DP untuk Pesanan Besar
Jika ada pelanggan memesan dalam volume besar, sebaiknya minta uang muka (DP) sebesar 30–50% dari total transaksi. Hal ini penting untuk menutup biaya produksi awal sekaligus menunjukkan keseriusan pembeli.
Jangan mulai proses produksi atau pengemasan sebelum DP diterima. Cara ini sangat efektif untuk mencegah kerugian yang lebih besar.
6. Ubah Proses Pengelolaan Order
Kamu juga bisa menyesuaikan sistem pengelolaan order untuk menyaring pesanan mencurigakan. Gunakan kriteria tertentu untuk menilai apakah pesanan layak diproses atau perlu konfirmasi ulang. Dengan bantuan CRM atau sistem kasir modern, kamu bisa melihat data pelanggan secara real-time dan lebih mudah membedakan pesanan asli dan palsu.
7. Gunakan Sistem Pembayaran Terintegrasi
Mengelola transaksi secara manual rentan terhadap kesalahan dan celah penipuan. Oleh karena itu, Labamu menawarkan fitur POS Kasir yang bisa membantumu mencatat setiap pesanan dan transaksi secara otomatis dan real-time. Riwayat transaksi bisa kamu cek langsung dari dashboard dengan tampilan yang sederhana namun informatif. Dengan sistem ini, kamu bisa mengambil keputusan lebih cepat dan aman tanpa ribet mengecek manual.
Yuk, segera download aplikasi Labamu lewat Google Play atau App Store sekarang juga!