Kenaikan Pajak: Efek Berantai dari Produsen sampai Konsumen
15 Juli 2025
Bisnis
Bagikan Artikel Ini

Awal tahun 2025 dibuka dengan kabar yang cukup bikin pelaku usaha mengernyit, yaitu kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12%. Kenaikannya mungkin terlihat kecil, tapi efeknya bisa dirasakan langsung di kehidupan sehari-hari—harga barang ikut naik dan konsumen pun jadi lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya.
Kalau bagi UMKM, ini bukan sekadar soal pungutan tambahan, tapi soal bagaimana menjaga kelangsungan bisnis di tengah tekanan yang makin besar. Karena saat konsumen mulai menekan pengeluaran, pelaku usaha harus pintar-pintar menyiasati kenaikan biaya tanpa kehilangan pelanggan. Lalu, sebenarnya kenapa sih pajak dinaikkan dan apa dampaknya bagi konsumen maupun bisnis? Kita bahas yuk, Sahabat Labamu!
Apa Itu Pajak dan Kenapa Ada Kenaikan Pajak?
Secara sederhana, Investopedia menjelaskan pajak sebagai sejumlah uang yang wajib dibayarkan masyarakat—baik itu individu maupun bisnis—kepada negara.
Alasannya adalah karena pemerintah tidak memiliki produk maupun jasa untuk dijual maupun keuntungan dari usaha seperti perusahaan. Jadi, satu-satunya cara untuk membiayai berbagai layanan publik, seperti jalan raya, sekolah, rumah sakit, hingga pertahanan negara, adalah lewat pajak yang kita bayarkan.
Lalu, kenapa pajak dinaikkan? Salah satu alasan utamanya adalah untuk menambah pemasukan negara agar bisa membiayai kebutuhan yang terus meningkat, seperti pembangunan infrastruktur, subsidi, atau bahkan untuk membayar utang.
Pemerintah juga bisa menaikkan pajak saat kondisi ekonomi membutuhkan dorongan fiskal. Misalnya saat anggaran belanja negara naik, sementara pendapatan belum mencukupi.
Namun, perlu diingat, setiap kali ada kenaikan pajak, beban akhirnya tetap akan dirasakan oleh masyarakat, baik langsung sebagai konsumen, atau tidak langsung lewat kenaikan harga barang dan jasa.
Dampak Kenaikan Pajak terhadap Konsumen
Ketika pemerintah menaikkan tarif pajak, konsumen adalah pihak yang paling cepat merasakan dampaknya. Itu karena mereka harus menanggung biaya tambahan untuk setiap barang dan jasa yang mereka konsumsi. Inilah beberapa dampak yang paling umum dirasakan konsumen.
1. Menanggung Kenaikan Harga Barang dan Jasa
Dalam kasus kenaikan PPN, mau tak mau konsumen harus bersedia menanggung harga yang lebih mahal. Walaupun nominalnya hanya naik 1%, dalam transaksi harian yang sering dilakukan, selisih ini cukup signifikan dampaknya.
Hal ini membuat masyarakat jadi ekstra selektif saat membelanjakan uangnya. Akibatnya, produk-produk non-prioritas bisa jadi mulai ditinggalkan.
2. Membuat Daya Beli Masyarakat Melemah
Ketika harga-harga naik tetapi pendapatan tetap, daya beli masyarakat cenderung turun. Ini sejalan dengan tulisan Charles Steindel yang dimuat dalam Federal Reserve Bank Of New York. Stiendel mengungkapkan bahwa pengeluaran konsumen akan berubah jika pajak memengaruhi pendapatan bersihnya. Itu karena mereka besarnya perubahan pajak berdasarkan dampak langsungnya.
Maka dalam situasi ini, sangat wajar jika konsumen mengurangi pengeluaran untuk hal-hal yang dianggap tidak mendesak atau tidak esensial. Ini bisa berlangsung dalam jangka pendek maupun panjang, tergantung kondisi ekonomi secara keseluruhan.
3. Menciptakan Perubahan Pola Konsumsi
Karena harga-harga naik, konsumen cenderung akan beralih ke barang substitusi atau alternatif yang lebih murah. Misalnya, memilih produk lokal dibandingkan barang impor atau mengurangi frekuensi makan di luar.
Perubahan ini adalah bentuk penyesuaian terhadap tekanan ekonomi yang mereka rasakan secara langsung. Bagi pelaku usaha, perubahan pola ini juga bisa menjadi sinyal untuk beradaptasi.
4. Menjadikan Konsumen Lebih Sensitif Terhadap Harga
Kenaikan pajak membuat konsumen semakin peka terhadap perubahan harga sekecil apa pun. Mereka akan mulai membandingkan harga antar produk atau layanan secara lebih aktif.
Diskon, cashback, atau gratis ongkir akan menjadi faktor penting dalam menentukan keputusan belanja. Artinya, pelaku usaha perlu lebih jeli dalam menetapkan harga agar tetap kompetitif.
5. Melebarkan Kesenjangan Ekonomi
Konsumen dengan penghasilan rendah akan lebih terdampak dibandingkan kelompok menengah ke atas. Bagi mereka, kenaikan harga sekecil apa pun bisa berarti mengurangi belanja kebutuhan pokok. Sementara itu, konsumen berpendapatan tinggi masih bisa mempertahankan gaya hidupnya.
Lalu, bagaimana dengan kelas menengah? Yap, mereka berdiri di “zona maju-mundur”. Maksudnya, kelas menengah sering kali berada dalam posisi serba tanggung—pendapatan mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok, tapi belum sepenuhnya stabil untuk terus meningkatkan gaya hidup. Ini membuat mereka harus berpikir dua kali setiap mengeluarkan uang.
Tantangan yang Dihadapi Pelaku Bisnis akibat Kenaikan Pajak
Kenaikan pajak juga menciptakan tekanan tambahan bagi pelaku bisnis, khususnya UMKM. Dalam situasi ini, pelaku usaha berada dalam dilema untuk menjaga agar harga tetap bersaing sekaligus menghadapi kenaikan biaya yang tak bisa dihindari. Ini membuat pebisnis harus lebih cermat dalam mengambil keputusan, mulai dari strategi penetapan harga hingga efisiensi operasional. Berikut beberapa tantangan utama yang perlu diperhatikan.
1. Kesulitan Menyesuaikan Harga Jual
Ketika PPN naik, beban biaya pasti meningkat. Baik untuk pembelian bahan baku maupun jasa pendukung. Namun, menaikkan harga jual bukan perkara mudah karena daya beli konsumen juga sedang tertekan.
Jika harga dinaikkan terlalu agresif, risiko kehilangan pelanggan jadi lebih besar. Di sisi lain, menahan harga tetap di tempatnya bisa memotong margin keuntungan.
2. Margin Keuntungan Menyusut
Kenaikan pajak bisa menggerus profit margin, terutama bagi bisnis dengan model biaya yang ketat. Pengusaha harus membayar lebih untuk barang dan jasa yang dikenai PPN, sementara pemasukan belum tentu meningkat.
Jika tidak ada penyesuaian efisiensi atau strategi harga yang tepat, keuntungan bersih bisa turun signifikan. Dan ini bisa menjadi tantangan besar untuk menjaga kelangsungan usaha.
3. Biaya Operasional Bertambah
Pajak tidak hanya berdampak pada produk akhir, tapi juga pada semua lini rantai pasok, seperti logistik, sewa, alat produksi, dan bahkan jasa profesional.
UMKM yang belum mengoptimalkan sistem keuangan sering kali kesulitan mencatat dan memetakan beban pajak ini dengan tepat. Akibatnya, pengeluaran jadi membengkak tanpa disadari dan cash flow pun terganggu.
4. Peningkatan Beban Administrasi dan Kepatuhan
Kenaikan pajak biasanya juga dibarengi dengan pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah. Ini menuntut pelaku usaha untuk lebih tertib secara administrasi, termasuk dalam mencatat transaksi dan melaporkan pajak secara tepat waktu.
Bagi UMKM yang belum terbiasa, proses ini bisa terasa memberatkan. Kesalahan kecil pun berisiko terkena sanksi atau denda.
5. Permintaan Menurun
Ketika konsumen mulai menahan belanja karena harga naik, dampaknya bisa langsung terasa di omzet penjualan. Produk-produk yang bersifat sekunder atau tersier biasanya paling cepat terkena dampak.
Untuk menyiasati ini, pelaku usaha perlu mengubah strategi. Entah itu melakukan inovasi produk, promosi, atau efisiensi operasional.
Kenaikan pajak memang bukan kabar baik bagi pelaku usaha, tapi bukan berarti bisnis harus berhenti berkembang. Justru di tengah tekanan seperti inilah, UMKM dituntut untuk semakin adaptif. Mulai dari mencermati ulang struktur biaya, menyesuaikan harga secara bertahap, hingga mencari alternatif pemasok atau bahan baku lokal yang lebih terjangkau.
Selain itu, penting bagi pelaku usaha untuk memiliki pencatatan keuangan yang rapi agar dapat memantau arus kas dan kewajiban pajak dengan lebih akurat. Dengan pengelolaan yang baik, UMKM tidak hanya bisa bertahan, tapi juga tetap tumbuh meski dalam kondisi ekonomi yang penuh tantangan.
Yuk, manfaatkan aplikasi Labamu untuk mengelola bisnis jadi lebih efisien dan terstruktur. Hanya dalam satu aplikasi, kamu bisa mencatat detail transaksi, mendapatkan laporan keuangan secara real time, hingga memantau stok yang tersisa. Yuk, download aplikasinya lewat Google Play atau App Store dan tetap tangguh menghadapi ketidakpastian ekonomi!