top of page

HPP adalah: Pengertian, Manfaat, dan Step-by-Step Perhitungannya

14 Mei 2025

Bagikan Artikel Ini

Saat menjalankan bisnis, kamu pasti ingin tahu sebenarnya berapa sih keuntungan bersih dari setiap produk yang terjual? Untuk menjawab itu, kamu harus mengenal satu komponen penting dalam laporan keuangan, yang salah satunya adalah HPP atau Harga Pokok Penjualan.

HPP bukan sekadar angka di atas kertas, tapi jadi fondasi untuk mengetahui berapa biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu produk atau layanan. Biar makin paham manfaat dan cara menghitungnya, simak artikel ini yuk, Sahabat Labamu!


Apa Itu HPP?

Mengutip laman Investopedia, Harga Pokok Penjualan (HPP) adalah total biaya langsung yang dikeluarkan untuk memproduksi atau mendapatkan barang yang dijual oleh bisnis. Dalam Bahasa Inggris, HPP dikenal dengan istilah Cost of Goods Sold (COGS) atau Cost of Sales.

Biaya ini mencakup bahan baku dan tenaga kerja langsung yang digunakan untuk menghasilkan produk—tapi tidak memperhitungkan biaya tidak langsung seperti sewa toko, biaya pemasaran, atau gaji staf administrasi.

Dalam laporan keuangan, HPP biasanya muncul tepat di bawah angka penjualan atau pendapatan. Besarnya HPP menjadi komponen utama untuk menghitung laba kotor (gross profit) dan margin kotor (gross margin). Semakin tinggi HPP, semakin kecil keuntungan kotor yang diperoleh.

Oleh karena itu, memahami dan menghitung HPP dengan tepat sangat penting agar kamu bisa menentukan harga jual yang masuk akal, menjaga profitabilitas, dan mengelola bisnis dengan lebih efisien.


Kenapa HPP Penting dalam Bisnis?



HPP bukan sekadar angka di laporan keuangan. Di balik itu, HPP punya peran penting dalam menentukan sehat atau tidaknya keuangan bisnis. Dengan menghitung HPP secara akurat, kamu bisa mendapatkan beberapa manfaat berikut ini.


1. Menentukan Harga Jual yang Realistis

Mengetahui HPP membantumu menetapkan harga jual yang masuk akal dan tetap menghasilkan keuntungan. Tanpa perhitungan HPP yang tepat, kamu bisa saja menjual terlalu murah dan merugi, atau terlalu mahal dan tidak laku. Jadi, HPP jadi dasar penting untuk strategi penetapan harga.


2. Menghitung Laba Kotor dan Mengevaluasi Keuntungan

Laba kotor didapat dari pengurangan antara pendapatan dan HPP. Semakin tinggi HPP, maka semakin kecil laba kotor yang kamu peroleh. Dengan memahami HPP, kamu bisa lebih jeli dalam mengevaluasi seberapa efisien operasional bisnismu.


3. Mengelola Pajak Usaha

HPP dicatat sebagai beban usaha sehingga bisa mengurangi total penghasilan kena pajak. Semakin besar HPP, maka semakin kecil pajak yang harus dibayar. Tapi, ini harus seimbang—jangan sampai laba ikut menyusut karena biaya terlalu besar.


4. Meningkatkan Efisiensi Produksi

Menganalisis HPP bisa membantu kamu mengidentifikasi bagian mana dari proses produksi yang menyedot biaya paling besar. Misalnya bahan baku yang mahal atau tenaga kerja yang tidak efisien. Dari situ, kamu bisa mengambil langkah penghematan dan meningkatkan efisiensi.


5. Membaca Kesehatan Finansial Usaha

HPP bisa dijadikan indikator untuk menilai kesehatan keuangan bisnis, terutama dalam hal kontrol biaya. Jika HPP terus meningkat tanpa diimbangi kenaikan penjualan, bisa jadi tanda ada yang perlu dievaluasi. Ini penting agar bisnis tetap berjalan dengan margin yang sehat.


Apa Saja Komponen yang Termasuk dalam HPP?

Secara umum, komponen biaya yang masuk ke dalam HPP adalah biaya langsung. Artinya, biaya-biaya ini hanya muncul jika ada proses produksi atau pembelian barang untuk dijual kembali. Sebaliknya, kalau tidak ada produk yang dibuat atau dijual kembali, biaya ini tidak akan muncul. Berikut contohnya.


1. Bahan Baku

Biaya bahan mentah yang digunakan untuk membuat produk—mulai dari bahan utama sampai bahan penunjang—termasuk dalam HPP. Misalnya, kain untuk produk fashion, kayu untuk mebel, atau bahan makanan untuk usaha kuliner.


2. Barang Jadi yang Dibeli untuk Dijual Kembali

Jika bisnismu membeli produk jadi (seperti reseller atau toko retail), maka harga beli barang tersebut masuk dalam HPP. Termasuk juga diskon pembelian, retur barang, atau potongan khusus dari supplier.


3. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Gaji dan upah yang dibayarkan ke staf produksi, tukang, penjahit, atau siapapun yang terlibat langsung dalam pembuatan produk dihitung sebagai komponen HPP. Termasuk juga tunjangan atau bonus jika relevan dengan proses produksi.


4. Biaya Pengiriman Masuk (Freight-In)

Biaya untuk mendatangkan bahan baku atau barang dari supplier ke tempat produksi juga dihitung sebagai bagian dari HPP. Ini bisa termasuk ongkir, biaya kontainer, hingga surcharge bahan bakar.


5. Biaya Penyimpanan Bahan Baku atau Barang Jadi

Jika kamu menyewa gudang untuk menyimpan bahan baku sebelum diolah, atau menyimpan barang dagangan sebelum dijual, biayanya termasuk ke dalam HPP—selama memang berkaitan langsung dengan produk.


6. Biaya Produksi Lainnya (Factory Overhead)

Biaya-biaya tetap yang masih berkaitan langsung dengan proses produksi, seperti penyusutan mesin, perawatan alat produksi, hingga listrik di area pabrik juga dihitung. Meski sifatnya tidak selalu berubah, tetap masuk karena mendukung produksi barang.


7. Kemasan Produk

Biaya untuk kemasan yang menyatu dengan produk, seperti misalnya box, botol, atau label juga dihitung sebagai HPP. Terlebih jika kemasan itu memengaruhi keputusan pembelian konsumen.


Apa Saja yang Tidak Termasuk dalam HPP?



Beberapa biaya yang tidak boleh dimasukkan ke dalam perhitungan HPP umumnya adalah biaya-biaya ini bersifat tidak langsung, administratif, atau tidak berkaitan langsung dengan proses pembuatan produk. Berikut ini beberapa contoh biaya yang tidak termasuk dalam HPP.


1. Biaya Distribusi ke Konsumen

Biaya pengiriman barang dari gudang ke pelanggan, misalnya ongkir yang ditanggung pembeli atau jasa kurir tidak dihitung dalam HPP. Biaya ini masuk ke kategori biaya operasional atau logistik.


2. Sewa Kantor dan Utilitas

Biaya operasional seperti sewa kantor, listrik, dan air untuk ruang administrasi juga tidak masuk dalam HPP. Ini karena ruang kantor tidak terlibat langsung dalam proses produksi.


3. Biaya Iklan dan Promosi

Biaya marketing, termasuk iklan online, promosi di media sosial, hingga pemasangan spanduk, termasuk ke dalam biaya penjualan, bukan biaya produksi. Jadi, ini tidak dihitung dalam HPP.


4. Gaji Karyawan Non-produksi

Gaji staf administrasi, HR, keuangan, atau manajer tidak masuk ke HPP karena mereka tidak terlibat langsung dalam proses pembuatan produk. Begitu pula dengan honor untuk jasa profesional seperti konsultan hukum, akuntan, atau notaris juga tidak termasuk dalam HPP. Biaya ini dikategorikan sebagai biaya umum dan administrasi.


5. Biaya Non-operasional Lainnya

Semua biaya yang tidak terkait langsung dengan operasional sehari-hari juga tidak termasuk dalam HPP. Misalnya bunga pinjaman (interest), penyusutan gedung kantor, atau pembelian aset besar (capital expenditure).


Bagaimana Cara Menghitung HPP?

Untuk mengetahui keuntungan bersih dari penjualan produk, KAMU perlu tahu dulu berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. Di sinilah peran HPP (Harga Pokok Penjualan) supaya kamu tahu berapa besar biaya produksi yang dikeluarkan untuk membuat produk tersebut.

Secara umum, rumus perhitungan HPP adalah sebagai berikut:

HPP = (Persediaan Awal + Pembelian Selama Periode) – Persediaan Akhir

Supaya makin jelas, mari kita bahas langkah-langkahnya secara sederhana agar kamu bisa menerapkannya langsung dalam bisnismu.


1. Tentukan Persediaan Awal

Persediaan awal adalah nilai total barang dagang yang tersedia di awal periode pencatatan. Umumnya, angka ini diambil dari persediaan akhir di periode sebelumnya.

Contoh: Di awal Januari 2025, Toko Mebel Pak Untung memiliki stok 5 meja yang belum terjual dan harga setiap meja senilai Rp10 juta.


2. Hitung Total Pembelian Selama Satu Periode

Tambahkan semua biaya pembelian barang atau bahan baku yang dilakukan selama periode tersebut. Termasuk juga ongkos kirim, potongan pembelian, dan diskon.

Contoh: Dan sepanjang tahun 2025, Toko Mebel Pak Untung kembali membeli 10 meja lagi dengan nilai yang sama.


3. Tentukan Persediaan Akhir

Lakukan stock opname alias penghitungan fisik untuk mengetahui nilai barang yang masih tersisa di akhir periode. Angka ini akan dikurangkan dari total sebelumnya.

Contoh: Di akhir Desember 2025, tersisa 3 meja yang belum terjual.


4. Masukkan Biaya Produksi Lain (Jika Ada)

Jika kamu memproduksi sendiri barang yang dijual, tambahkan biaya langsung lainnya seperti gaji karyawan produksi, biaya bahan tambahan, dan biaya operasional pabrik yang langsung berkaitan.

Contoh: Di dalam kasus Toko Mebel Pak Untung, biaya ini dianggap tidak ada karena Pak Untuk tidak memproduksi sendiri meja yang dijual—melainkan membelinya dari supplier.


5. Hitung HPP

Gunakan rumus yang sudah disebutkan di atas untuk menghitung HPP:

HPP = (Persediaan Awal + Pembelian) – Persediaan Akhir

HPP = (Rp50.000.000 + Rp100.000.000) – Rp30.000.000

= Rp120.000.000

Jadi, HPP selama tahun 2025 adalah Rp120 juta.


Dengan memahami dan menghitung HPP secara berkala, kamu bisa mengetahui margin keuntungan dengan lebih akurat, mengatur harga jual yang lebih tepat, dan tentu saja membuat strategi bisnis jadi lebih efisien. Tak hanya itu, pengelolaan keuangan pun akan terasa lebih terstruktur karena kamu tahu ke mana arah pengeluaran bisnismu.

Nah, supaya proses pencatatan dan perhitungan HPP jadi lebih praktis, kamu bisa download aplikasi Labamu lewat Google Play atau App Store. Yuk, jadikan setiap keputusan bisnismu lebih terukur dan menguntungkan!

Coba Gratis!

Premium Member 14 Hari

Buat kamu yang baru, nikmati fitur lengkap untuk bantu kembangkan usaha

Banner-Free-Trial-V2-2.webp
bottom of page